Postingan

Batal Tegang

Malam itu aku pulang sendirian, tanpa barengan teman-temanku. Berjalan menuju stasiun ditemani tas besar di punggungku, kopi di botol genggamanku, dan sebungkus roti yang diberikan di meja bangku kantorku. Sesampaiku di Stasiun yang tidak jauh dari kantorku, sepi, sunyi hanya ada penjaga dan seorang gadis kecil sebelah timur di seberang rel tempat aku duduk. Gadis kecil di seberangku itu terlihat lemas dan loyo. Aku duduk menatap mencoba memahami gerak-gerik anak itu. Saat aku meletakkan sebungkus roti dan sebotol kopi di sebelahku. Berganti. Gadis kecil itu menatapku tajam. Gadis yang berjubah putih, duduk berlipat kaki, berambut panjang itu menatapku tajam sambil berpangku tangan. Aku merunduk membuang pandangan dari gadis itu. Tetiba buluku merinding seketika. Sungguh terminal itu sepi hanya ada saya, gadis kecil itu dan penjaga. Penjaga yang hanya berdiri membelakangi aku dan gadis kecil itu. Gadis itu tetap menatapku tajam. Aku membiarkannya, aku tetap fokus membaca koran yang

Didik Anak Berdasarkan Zamannya

Sadar kah kita? Meskipun kita tidak sepenuhnya mengajarkan teknologi kepada anak kita, mereka akan paham dengan sendirinya. Mindset yang ada pada anak yang sudah bisa membaca khusunya, mereka akan memahami lebih dalam apa yang ia baca dan pastinya akan mudah mengendalikan teknologi yang ada di genggamannya. Namun apakah kita mengetahui, setelah kita membebaskan anak kita untuk sepenuhnya mengendalikan gadget tanpa pengawasan, anak kita tidak melakukan suatu hal apa yang tidak kita inginkan bukan? Beberapa atau ada pastinya yang menggunakan fitur yang tidak diinginkan. Itu terjadi mengapa? Karena tidak adanya pengawasan. Orangtua pada umumnya, harus berfikir kritis. Mengapa kita memberikan anak kita pegangan gadget, namun tak mengetahui apa saja hal yang dilakukan pada gadgetnya? Berapapun usianya, apabila anak belum sampai kepada usia yang matang untuk menghadapi dunia sosial media dan lain-lain, anak perlu diawasi. Di luar dari itu, game online saja memiliki banyak ajaran-ajaran yan

Tertanda "ALUMNI"

Tak ada yang sia-sia jika kita bertekad untuk memulai Memulai dengan keyakinan diri, bahwa kita mampu melewati Apapun tekadnya ketika kita dengan baik menjalani Insha Allah, Allah akan berkahi semua yang kita lalui ••• Tak kusangka, sejauh ini aku melalui semuanya dengan baik bersama teman-teman ODOP Batch 6 Teman-teman yang mampu bertahan hingga akhir perjalanan Melewati teman-teman yang masih belum bisa berkontribusi sampai akhir Aku, hampir saja bersamaan dengan mereka yang menyingkirkan diri. Aku merenung, Sejak awal aku memulainya dengan niat yang amat sangat baik. Aku memulainya di akun instagram dengan program Ramadhan Writing Challange. Dan meneruskan di blog ini, aku akan berhenti begitu saja? Sejauh ini? Tidak! Tekadku bulat untuk bertahan sampai akhir. Apapun kesibukan yang aku punya, semua tergantung diri sendiri. Memprioritaskan mana yang lebih penting, memantaskan mana yang pantas untuk diprioritaskan. Salah satunya, bakat dan hobi ini. Support yang bagus dari

Keyakinan Doa

Terbatah, aku menulis Apapun yang ada dalam benakku Tentangmu, yang selalu kusebut dalam doa Merangkai kata agar bisa menjadi kalimat yang indah Kususun dengan baik, agar menjadi puisi yang indah Mengapa demikian? Agar mereka tahu, bagaimana aku mengikhlaskan Agar mereka tau, bagaimana aku terhadapmu Terhadap seriusnya hati yang mencoba melengkapi Yang enggan melepaskan tanpa jelasnya alasan Aku bertahan Tanpa segan mengungkapkan Indahnya perasaanku saat itu Tak ingin dendam dan memendam Meski tak ada balasan ataupun sentuhan Menjaga kesucian hati terhadap hati yang lain Mungkinkah kau menyadari? Akankah kau menyesali? Segala hal yang tlah kau perbuat selama ini Menyakiti hati yang rela bersabar dengan apa yang dihadapi Melukai jiwa seorang wanita yang rela meluangkan waktunya untuk menanti Keyakinan terbesit dalam pikiraku saat ini "Kau akan kembali.."

Malam Minggu Mengesankan juga Mengesalkan

27 Oktober 2018, Hari itu tepat hari Sabtu. Aku bersama dua oarng temanku menghadiri seminar DISCOVER (Discussion Innovative Entrepreneur) yang sudah kami rencanakan beberapa minggu yang lalu. Seminar itu diadakan oleh mahasiswa Universitas Airlangga. Cukup menarik, terlihat dari brosur yang tersebar di media sosial. Pembicara utamanya adalah sepasang suami istri yang selama ini menjadi inspirasiku untuk menulis, meningkatkan tulisanku yang menceritakan teman yang kini menjadi pasangan hidupnya. Yaitu “Teman Tapi Menikah”. Aku punya harapan besar pada judulnya, harapan pada seseorang yang saat ini bersamaku. Menyesalnya, dia tak bersamaku saat menghadiri acara itu. Pembicara utama adalah Mba Prisa Kandora, beliau memberikan materi Fasilitator Gapura Digital. Bagaimana cara mempublikasikan usaha atau bsinis kita di media sosail dengan bagus dan cerdas. Selanjutya ada Mas Bintang Putra selaku Strategic Planner, Skale Creative Space, beliau pebisnis yang gaul dan pada jamannya. Beliau m

#relationship Hanya Sepintas

Setelah beberapa menit tak terlihat dari balik pintu alfamart, Mas Fiqih kembali muncul. Membawa kanton kresek dengan es krim pastinya di dalamnya. Tapi? Kenapa kantongnya besar? Sebesar tangannya kah es krim itu? Hehe.. Mas Fiqih semakin dekat, namun kenapa? Dia tak berjalan dengan sempurna, dengan gagah. Tidak. Dia berjalan sambil berjoget, seolah-oleh pantonim yang beraksi. Aku mengambil handphoneku dan mengabadikan momen itu untuk aku share di stri instagram aku. Dia datang kepadaku sambil melambaikan tangan tangan dan menyapa “hai”, mengerti bahwa aku sedang merekamnya. “Nihh, buat bantal nanti sampe rumah.” –mengulurkan kantong kresek. Mas Fiqih membelikanku banyak jajanan camilan. Untuk bantal di rumah katanya “Kok banyak banget Mas? Bantalku udah banyak di rumah” “Udahh, nggakpapa. Bawa aja. Sini keluarin es krimku, panas” Dengan gaya songongnya, dia meminta es krimnya yang tergabung dalam kantong kresek berisi camilan. Aku mengeluarkan camilan juga untuk kita makan bers

Tentang Kita

Aku bahagia Bersamamu dengan segala kekuranganmu Aku bersyukur Ada di sampingmu dengan semua kelebihanmu Mereka yang mengeluh akan pasangannya Tak pernah berfikir sejauh aku Aku berfikir, aku bahagia dan harus bersyukur Apapun masalahnya, apapun tantangannya Kita berdua bukan? Mereka juga berdua! Namun, mengapa mereka tak bisa? Mengapa mereka bersikap seolah mereka sendiri? Sama! Aku pun pernah di posisi itu Namun, aku berfikir ke arahmu Aku mencintaimu lebih dalam, sungguh Cuekmu yang membuatku selalu tersadarkan Akan cinta yang tak melulu bermesraan Bicaramu yang selalu aku dengarkan Tentang melengkapi tak selalu berdekatan Keluh kesah itu pasti Namun caramu, membuatku pergi dari hal itu